Sebagai alternatif pemanfaatan CPO sebagai Biofuel selain menjadi Biodiesel, CPO dapat dimanfaatkan secara langsung dalam pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Hal ini dapat meringankan beban insentif yang dikeluarkan oleh BPDP Sawit untuk biodiesel di sektor pembangkit listrik.
Sebagai gambaran, PLTD berukuran 5 MW dapat menyerap CPO sebesar 11.000 ton/tahun. Jika PLTD ini menggunakan Biodiesel, maka diperlukan insentif sebesar USD 1.375 juta atau Rp 18.6 milyar per tahun (jumlah insentif biodiesel berdasarkan Kep. Men. ESDM No. 2026 K/12/MEM/2017 sebesar harga CPO + 100 USD/ton + biaya transport). Sedangkan untuk membangun PLTD CPO kapasitas 5 MW dengan mesin buatan Eropa, diperlukan investasi Rp 100 milyar. Dengan menggunakan penghematan insentif di atas, maka biaya investasi pembangunan PLTD CPO dapat kembali dalam kurang dari 6 tahun.
Keuntungan lain dapat diperoleh dari penghematan biaya transport, jika PLTD CPO berlokasi di dekat pabrik kelapa sawit. Keuntungan tambahan dapat diperoleh dari potongan harga CPO jika menggunakan CPO kualitas rendah. Hal ini karena PLTD ini mampu beroperasi dengan bahan bakar CPO kualitas rendah dengan kadar asam lemak bebas (ALB) maksimal 7.5% (lebih tinggi dari persyaratan SNI CPO yang membatasi kadar ALB maksimal 5%) yang harganya lebih murah dibandingkan dengan CPO standar.
Dengan demikian, diperoleh energi terbarukan dari sumber lokal untuk orang lokal, yang dapat memperkuat ketahanan ekonomi dan energi nasional. (AKO/MDS)