Pada tanggal 9 Oktober 2014 yang lalu, tim perekayasa BRDST-BPPT berkunjung ke Koperasi Jarak Lestari yang bertempat di Jl. Progo 27 Karangmangu Kec. Kroya Cilacap. Koperasi ini merupakan salah satu koperasi yang mendapatkan bantuan pemerintah (Dept. ESDM) dalam pengolahan minyak nabati menjadi biodiesel dari bahan baku jarak.
Seperti namanya, Koperasi Jarak Lestari pada saat pertama kali berdiri, merupakan koperasi yang bergerak di bidang pengolahan minyak jarak menjadi biodiesel. Pada perkembangannya, dikarenakan bahan baku jarak yang sulit didapatkan dari lingkungan sekitar, koperasi ini sempat berhenti beroperasi. Atas kegigihan Bapak Samino selaku pengurus koperasi, koperasi dapat beroperasi kembali dengan memanfaatkan nyamplung (Calophyllum inophyllum) sebagai bahan baku pengganti jarak yang mulai sulit didapatkan. Pohon nyamplung sendiri banyak ditemukan di sepanjang pantai Cilacap sampai perbatasan dengan Kebumen. Panen raya nyamplung terjadi pada bulan September. Menurut Bpk Samino, biji kering nyamplung yang berbentuk bulat mengandung hampir 74% minyak. Kandungan minyak ini lebih banyak dari biji jarak. Adapun proses produksi minyak dengan bahan baku nyamplung yaitu :
- Buah nyamplung yang didapat dari petani sekitar dijemur di bawah panas matahari selama 4 hari.
- Dilakukan pemecahan kulit cangkang yang sudah mengering menggunakan mesin penggiling.
- Biji nyamplung yang sudah lepas dari cangkangnya kemudian dikukus untuk menghilangkan getah menggunakan drum sedangkan cangkang yang sudah terlepas dapat digunakan sebagai bahan bakar proses pengukusan. Tujuan dari pengukusan adalah mengurangi kekentalan minyak yang terjadi saat suhu kamar. Hasil pengukusan tersebut kemudian digiling halus hingga mengeluarkan minyak dan sisa gilingan yang berbentuk seperti bubur. Bubur sisa dari gilingan tersebut dimasukan ke mesin press untuk mengeluarkan sisa minyak.
Untuk saat ini di daerah Cilacap terdapat 54 ha hutan rakyat tanaman nyamplung, dengan per satu hektar nya terdapat kurang lebih 400 batang pohon nyamplung. Dengan produksi biji nyamplung sekitar 20 kg setiap satu hektar, maka produksi per tahun biji nyamplung sekitar 432 ton. 2,5 kg biji nyamplung dapat menghasilkan minyak sebesar 1,5 liter.
Dari pengalaman Koperasi Jarak Lestari, ada beberapa kendala dalam pemanfaatan minyak nyamplung, di antaranya pemanasan masih mengandalkan alam (cuaca, terik matahari), perebusan masih menggunakan drum dan tungku, serta teknologi pengupasan dan pengepresan masih sederhana. Pengurus koperasi sangat mengharapkan adanya teknologi pengupasan dan pengepresan yang lebih baik serta oven dan boiler yang lebih baik untuk memperoleh hasil yang optimal.