Stabilitas oksidasi merupakan salah satu kriteria penting pada kualitas bahan bakar. Sebagai bahan bakar yang mengandung oksigen (oxygenated fuel), stabilitas biodiesel lebih rendah dibandingkan dengan minyak solar. Stabilitas oksidasi dipengaruhi oleh jumlah ikatan tak jenuh yang terdapat dalam biodiesel (metil ester). Ikatan tak jenuh terbagi lagi menjadi ikatan tak jenuh tunggal (mono-unsaturated ester, misalnya oleat) dan ikatan tak jenuh ganda (poly-unsaturated ester, misalnya linoleat dan linolenat).
Jumlah ikatan tak jenuh dalam biodiesel tergantung pada jenis minyak yang digunakan untuk membuat biodiesel. Misalnya biodiesel dari minyak sawit memiliki stabilitas oksidasi yang lebih tinggi daripada biodiesel dari minyak jarak pagar karena minyak sawit mengandung ikatan tak jenuh ganda lebih sedikit daripada minyak jarak pagar.
Oksidasi pada biodiesel dapat menghasilkan senyawa hasil dekomposisi berupa asam, aldehid, ester, keton, peroksida, maupun alcohol, yang dapat mempengaruhi karakteristik biodiesel maupun aktivitas pembakaran dalam mesin. Degradasi oksidatif selama penyimpanan yang lama dapat terjadi terjadi karena adanya udara, panas, cahaya, dan zat pro-oksidan. Anti oksidan dapat ditambahkan ke dalam biodiesel untuk mencegah oksidasi maupun meningkatkan stabilitas oksidasi biodiesel.
Pengujian stabilitas oksidasi biodiesel dapat dilakukan di BTBRD dengan alat uji rancimat menggunakan 892 Professional Rancimat by Metrohm. Untuk keterangan lebih lanjut silakan hubungi kami.
Share This Article