Kegiatan berfokus pada Research and Development untuk memperoleh desain proses, kondisi operasi, dan berorientasi pada kualitas bahan bakar otomotif
Rekayasa dan Disain Pabrik Biodiesel Kapasitas 1.5 ton/hari Berbasis Minyak Kelapa Sawit
Pabrik Biodiesel 1.5 ton/hari
Spesifikasi :
Optimasi Proses (bahan baku minyak, metanol, katalis)
Diversifikasi bahan baku minyak, mencari potensi minyak baru seperti minyak jarak pagar, limbah minyak sawit, palm fatty acid distillate, dan lainnya
Rekayasa dan Disain Pabrik Biodiesel Kapasitas 3 ton/hari Berbasis Minyak Goreng Bekas dengan kandungan asam lemak bebas rendah
Pabrik Biodiesel 3 ton/hari
Spesifikasi :
Optimasi Proses (Tahap 2) Meliputi:
Optimasi Proses (Tahap 3) Meliputi:
Bidang Fokus Penelitian Karakteristik Biodiesel
Rekayasa dan Disain Pabrik Biodiesel Kapasitas 3 ton/hari Berbasis Minyak Goreng Bekas dengan kandungan asam lemak bebas rendah. Meliputi:
Modifikasi Pabrik Biodiesel 3 ton/hari dengan Teknologi Purifikasi Dry Washing
Pabrik Biodiesel 3 ton/hari
Spesifikasi:
Desain pabrik yang sama diaplikasikan di PT Astra Agro Lestari, Pangkalan Bun
Pabrikasi Pabrik Biodiesel 3 ton/hari
Optimasi Desain Pabrik Biodiesel Kapasitas 3 ton/hari meliputi:
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk Biodiesel dikeluarkan oleh BSN dengan nomor SNI 7182:2015 yang sudah merevisi SNI 04-7182-2006 dan SNI 7182:2012 - Biodiesel. Adapun syarat mutu biodiesel tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.
No | Parameter Uji | Satuan, min/maks | Persyaratan | Metode Uji Alternatif |
---|---|---|---|---|
1 | Massa jenis pada 40oC | kg/m3 | 850 -890 | ASTM D 1298 atau ASTM D 4052 |
2 | Viskositas Kinematik pada 40oC | mm2/s (cSt) | 2,3 - 6,0 | ASTM D 445 |
3 | Angka setana | min | 51 | ASTM D 613 atau ASTM D 6890 |
4 | Titik nyala (mangkok tertutup) | oC, min | 100 | ASTM D 93 |
5 | Titik kabut | oC, maks | 18 | ASTM D 2500 |
6 | Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50oC) | nomor 1 | ASTM D 130 | |
7 | Residu karbon | %-massa, maks | ASTM D 4530 atau ASTM D 189 | |
- dalam per contoh asli, atau | 0,05 | |||
- dalam 10% ampas distilasi | 0,3 | |||
8 | Air dan sedimen | %-vol, maks | 0,05 | ASTM D 2709 |
9 | Temperatur distilasi 90% | oC, maks | 360 | ASTM D 1160 |
10 | Abu tersulfatkan | %-massa, maks | 0,02 | ASTM D 874 |
11 | Belerang | mg/kg, maks | 100 | ASTM D 5453 atau ASTM D 1266 atau ASTM D 4294 atau ASTM D 2622 |
12 | Fosfor | mg/kg, maks | 10 | AOCS Ca 12-55 |
13 | Angka asam | mg-KOH/g, maks | 0,5 | AOCS Cd 3d-63 atau ASTM D 664 |
14 | Gliserol bebas | %-massa, maks | 0,02 | AOCS Ca 14-56 atau ASTM D 6584 |
15 | Gliserol total | %-massa, maks | 0,24 | AOCS Ca 14-56 atau ASTM D 6584 |
16 | Kadar ester metil | %-massa, min | 96,5 | |
17 | Angka iodium | %-massa(g-I2/100g), maks | 115 | AOCS Cd 1-25 |
18 | Kadar monogliserida | %-massa, maks | 0,8 | ASTM D 6584 |
19 | Kestabilan oksidasi | menit | ||
- Periode induksi metode rancimat, atau | 360 | EN 15751 | ||
- Periode induksi metode petro oksi | 27 | ASTM D 7545 | ||
Jenis Sektor | April 2015 | Januari 2016 | Januari 2020 | Januari 2025 | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|
Rumah Tangga | - | - | - | - | Saat ini tidak ditentukan |
Usaha Mikro, Usaha Perikanan, Usaha Pertanian, Transportasi, dan Pelayanan Umum (PSO) | 15% | 20% | 30% | 30% | Terhadap kebutuhan total |
Transportasi Non PSO | 15% | 20% | 30% | 30% | Terhadap kebutuhan total |
Industri dan Komersial | 15% | 20% | 30% | 30% | Terhadap kebutuhan total |
Pembangkit Listrik | 25% | 30% | 30% | 30% | Terhadap kebutuhan total |
*) Peraturan Menteri ESDM No. 12 tahun 2015 tentang Perubahan ke-3 atas Peraturan Menteri ESDM No. 32 tahun 2008 tentang penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari bahan alami yang terbarukan seperti minyak nabati dan hewani. Secara definisi, biodiesel adalah senyawa metil-ester hasil dari proses esterifikasi/transesterifikasi minyak nabati atau lemak hewani. Karena memiliki sifat fisis yang sama dengan minyak solar, biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti untuk kendaraan bermesin diesel. Biodiesel tidak mengandung bahan bakar minyak bumi, tadi dapat dicampur sesuai perbandingan tertentu. Biodiesel mudah digunakan, dapat diuraikan secara alami, dan tidak beracun.
Biodiesel dapat diproduksi dengan bahan baku jarak pagar, sawit, randu, kelapa, kecipir, kelor, kusambi, nimba, saga utan, akar kepayang, gatep pait, kepoh, ketiau, nyamplung, randu alas, seminai, siur, tengkawang terindak, bidaro, bintaro, bulangan, cerakin, kampis, kemiri cina, nagasari, sirsak, srikaya serta potensi minyak nabati dan lemak hewani lain di Indonesia. Bahan baku utama biodiesel yang digunakan di Indonesia yaitu minyak sawit (CPO). Minyak sawit dipilih karena pembudidayaannya sudah mapan dibuktikan dengan posisi Indonesia sebagai produsen CPO terbesar nomor dua di dunia saat ini. Salah satu bahan baku potensial lainnya yaitu jarak. jarak dianggap potensial menggantikan minyak sawit karena tidak dapat dikonsumsi, dapat tumbuh di lahan kritis, dan juga memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi hingga 30%. Biodiesel juga dapat dibuat dari minyak sawit bekas atau sering disebut minyak jelantah. Dengan menggunakan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel, kita juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah minyak rumah tangga.
Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar untuk mesin diesel dan dapat digunakan sebagai minyak bakar. Sektor yang menggunakan biodiesel di antaranya sektor transportasi, industri, dan pembangkit listrik.
Proses pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan 4 cara: transesterifikasi, esterifikasi, dan konversi enzimatis. Namun demikian, cara yang paling umum digunakan yaitu transesterifikasi dan esterifikasi. transesterifikasi digunakan untuk bahan baku berupa trigliserida (seperti minyak jelantah) dan esterifikasi untuk bahan baku berupa asam lemak.
Proses transesterifikasi secara umum adalah reaksi trigliserida dengan alkohol dengan bantuan katalis sehingga menghasilkan asam lemak metil ester dan gliserin. Asam lemak metil ester atau FAME (Fatty Acid Methyl Ester) inilah yang selanjutnya menjadi biodiesel setelah dikeringkan dan difilter.
![]() |
Yuk simak video pembuatan biodiesel |
Parameter | Solar (B-0) | Biodiesel (B-100) |
---|---|---|
Komposisi senyawa | Hidrokarbon | Ester asam lemak (jenuh dan tidak jenuh) |
Nilai kalor | 42,7 MJ/kg | 37 MJ/kg |
Berat Jenis | B-0 < B-100 | |
Angka Setana | B-0 (min 48) < B-100 (min 51) | |
Titik Nyala | B-0 (sekitar 55°C) < B100 (di atas 100°C) | |
Kandungan Sulfur | B-0 (3500 ppm) > B-100 (100 ppm) | |
Titik tuang/titik kabut | B-0 << B-100 | |
Viskositas | B-0 (relatif) < B-100 | |
Polaritas | Non-polar | Polar |
Penggunaan B30 (Solar dengan kadar Biodiesel 30%) menunjukkan penurunan emisi rata-rata CO 25.35%, NOx + THC 10.82%, Partikulat 42.02%, dan opasitas 23.5% dibandingkan dengan emisi yang dihasilkan dari penggunaan solar. Kadar sulfur biodiesel lebih rendah dibandingkan dengan solar sehingga kandungan SOx pada pembuangan lebih rendah.
Biodiesel siap digunakan oleh mesin diesel biasa dengan sedikit atau tanpa penyesuaian. Penyesuaian dibutuhkan jika penyimpanan atau wadah biodiesel terbuat dari bahan yang sensitif dengan biodiesel seperti seal, gasket, dan perekat terutama mobil lama dan yang terbuat dari karet alam dan karet nitril.
Biodiesel dapat digunakan murni dan dapat juga dicampur dengan solar.
Biodiesel sudah diakui dan digunakan sebagai bahan bakar natural di Indonesia. sudah ada standar mutu biodiesel dan juga peraturan yang mengatur tentang penggunaannya.
Biodiesel harus disimpan di wadah tertutup untuk menghindari kontak langsung dengan udara luar, air, dan sinar matahari untuk menghindari oksidasi. Hindari pula tempat penyimpanan dari bahan kuningan, perunggu, tembaga, timbal, timah, dan seng yang dapat mengoksidasi biodiesel. Sebaiknya menggunakan tempat penyimpanan berbahan alumunium, steel, fluorinated polyethylene, fluorinated polypropylene, teflon, nylon, dan viton yang tidak terpengaruh oleh biodiesel.